KHO PING HOO!! CIATSSSSS!!
hendak merangkulnya, hendak menciumnya. Dia bergidik berkali-kali, menggerakkan kedua pundak dan tengkuknya terasa dingin dan ngeri, larinya makin cepat seolah-olah setan gadis itu berada dekat sekali di belakangnya.
“Ha-ha-ha-ha!” Tiba-tiba terdengar suara tertawa dan mendengar suara ketawa ini tahulah Kian Bu bahwa memang ada orang di belakangnya, bukan setan bukan siluman, melainkan kakaknya sendiri. Maka dia berhenti dan terengah-engah memandang wajah kakaknya yang tertawa-tawa dengan gelinya. Baru sekarang dia melihat kakaknya tertawa demikian enak sampai memegang perutnya.
“Ha-ha-ha-ha….! Dia bini mudanya…. ha-ha-ha-ha, dan kau dirangkulnya, ha-ha-ha….!” Kian Lee yang tidak biasa tertawa-tawa seperti itu, kini tidak dapat menahan kegelian hatinya.
“Koko, kau…. kejam!” Kian Bu membentak dan suara tertawa terhenti.
Dengan mulut masih tersenyum lebar menahan geli hatinya, Kian Lee berkata,
“Nah, kau rasakan sekarang, Bu-te. Tidak benarkah kata-kataku bahwa cara yang tidak baik hanya akan menghasilkan ketidakbaikan pula? Karena pertolonganmu tadi hanya sandiwara dan pura-pura saja, hanya palsu, maka hasilnya hanya menimbulkan cemburu seorang suami yang melihat bini mudanya bermain gila dengan orang lain.” Continue reading