KHO PING HOO – Kisah Sepasang Rajawali Jilid 3

KHO PING HOO!! CIATSSSSS!!

hendak merangkulnya, hendak menciumnya. Dia bergidik berkali-kali, menggerakkan kedua pundak dan teng­kuknya terasa dingin dan ngeri, larinya makin cepat seolah-olah setan gadis itu berada dekat sekali di belakangnya.

“Ha-ha-ha-ha!” Tiba-tiba terdengar suara tertawa dan mendengar suara ketawa ini tahulah Kian Bu bahwa me­mang ada orang di belakangnya, bukan se­tan bukan siluman, melainkan kakaknya sendiri. Maka dia berhenti dan terengah-­engah memandang wajah kakaknya yang tertawa-tawa dengan gelinya. Baru seka­rang dia melihat kakaknya tertawa demi­kian enak sampai memegang perutnya.

“Ha-ha-ha-ha….! Dia bini mudanya…. ha-ha-ha-ha, dan kau dirangkulnya, ha­-ha-ha….!” Kian Lee yang tidak biasa tertawa-tawa seperti itu, kini tidak dapat menahan kegelian hatinya.

“Koko, kau…. kejam!” Kian Bu membentak dan suara tertawa terhenti.

Dengan mulut masih tersenyum lebar menahan geli hatinya, Kian Lee berkata,

“Nah, kau rasakan sekarang, Bu-te. Tidak benarkah kata-kataku bahwa cara yang tidak baik hanya akan menghasilkan ketidakbaikan pula? Karena pertolongan­mu tadi hanya sandiwara dan pura-pura saja, hanya palsu, maka hasilnya hanya menimbulkan cemburu seorang suami yang melihat bini mudanya bermain gila dengan orang lain.” Continue reading

KHO PING HOO – Kisah Sepasang Rajawali Jilid 2

KHO PING HOO!! CIATSSSS!!

mengangkat tubuh harimau ke atas dan membantingnya lagi. Akan tetapi bantingan-bantingan keras itu ternyata hanya membuat binatang itu marah, sama sekali tidak melumpuhkannya. Melihat ini, mengertilah Tek Hoat bahwa binatang itu memang hebat dan ganas sekali, kuat dan kebal.

Setelah lima kali wanita itu menge­nakan ujung sabuk suteranya membanting dan binatang itu masih tetap bangkit dan melawan lebih ganas, agaknya dia menja­di marah dan penasaran sekali. Tangan kirinya bergerak dan sinar emas me­nyambar ke arah harimau, tercium bau harum ketika senjata jarum-jarum halus itu menyambar. Harimau meraung dan berloncat-loncatan aneh ke atas, kemudi­an roboh dan berkelojotan.

“Bunuh dia!” Wanita itu berkata dan empat orang pengawal melompat maju, lalu menggunakan tombak mereka untuk membunuh harimau yang sudah sekarat itu. Continue reading

KHO PING HOO – Kisah Sepasang Rajawali Jilid 1

KHO PING HOO!! CIATSSSS!!

Kisah Sepasang Rajawali

“Haaiiiii…. hiiyooooo…. huiiiiii….!”

“Eh, Bu-te (adik Bu), jangan main-main! Angin bertiup begini kencang, lekas duduk dan membantu aku. Gulung layar itu, kita bisa celaka kalau angin sebesar ini dan layar tetap berkembang!”

“Yahuuuuu….! Wah, dengar, Lee-ko (kakak Lee), suara terbawa angin tentu terdengar sampai jauh. Hiyooooohhhhh….!”

Mereka adalah dua orang anak laki-laki yang menjelang dewasa, berusia empat belas tahun, berwajah tampan dan bertubuh tegap kuat. Mereka ini kakak-beradik yang mempunyai ciri wajah berbeda sungguhpun sukar dikatakan siapa di antara mereka yang lebih tampan. Yang disebut Lee-ko adalah Suma Kian Lee, sedangkan adiknya itu adalah Suma Kian Bu, dan kedua orang anak laki-laki ini bukan anak-anak nelayan biasa yang bermain-main dengan perahu mereka, melainkan putera-putera Pendekar Super Sakti Suma Han atau yang lebih terkenal dengan julukan Pendekar Super Sakti atau Pendekar Siluman, Majikan Pulau Es! Continue reading

Pameran Kho Ping Hoo

TEMPO.CO, Surakarta – Cerita mengenai perkelahian sering dituding menjadi sumber inspirasi tindak kekerasan. Tapi tidak untuk cerita silat karya Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo. Banyak kalangan menilai cerita silat karangannya sarat akan nilai dan pesan moral.

Hal itu membuat Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, Solo, tertarik untuk menggelar pameran “Mengingat Kho Ping Hoo”, 11-17 Agustus 2012. Mereka memamerkan sejumlah grafis ilustrasi buku cerita silat karya Kho Ping Hoo, yang dibuat oleh para ilustrator kepercayaannya.

Bagi penyelenggara, grafis ilustrasi merupakan salah satu bagian dari buku Kho Ping Hoo yang paling memungkinkan untuk dipamerkan secara visual. Grafis ilustrasi yang dipamerkan di galeri itu ada dua macam. Pertama adalah ilustrasi yang ada dalam sampul buku. Sementara yang kedua, ilustrasi yang ada di dalam buku, yang menggambarkan adegan-adegan tertentu. Continue reading

PENDEKAR RIANG (1)

Karya : Khulung

Disadur : Tjan ID

KWIK TAY-LOK dan ONG TIONG

Seperti namanya, Kwik Tay-lok adalah seorang yang

berjalan lebar. Tay-lok atau jalan lebar berarti orangnya

supel, berjiwa besar, acuh tak acuh bahkan sedikit rada

tolol, apapun persoalan yang sedang dihadapi, ia tak

pernah ambil perduli.

Sebaliknya Ong Tiong (bergerak) justru seorang yang

tak suka Tiong (bergerak).

Orang yang berjiwa sosial biasanya miskin. Kwik Tay-lok orangnya miskin, kelewat miskin

sampai miskinnya luar biasa.

Sesungguhnya tak seharusnya ia begitu miskin. Sebenarnya ia boleh dibilang seorang yang

kaya raya. Seorang yang kaya raya bila tiba-tiba menjadi miskin, maka hanya ada dua alasan,

pertama karena dia bodoh, kedua karena dia malas.

Kwik Tay-lok tidak bodoh, pekerjaan yang bisa dilakukan olehnya jauh lebih banyak daripada

orang lain, lagi pula jauh lebih baik dari kebanyakan orang. Misalnya…

Menunggang kuda, ia bisa menunggang kuda yang tercepat, dapat pula menunggang kuda

Continue reading