Buku Tan Malaka Bapak Republik yang Dilupakan Published by TEMPO

seri buku tempo

Ibrahim Datuk Tan Malaka ialah Bapak Bangsa yang memberikan konsep “Republik Indonesia” bagi Hindia-Belanda yang bakal merdeka. Namun, serdadu dari negeri yang ia bela pulalah yang membunuhnya di Selopanggung, Jawa Timur.

Ia orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya ”Bapak Republik Indonesia”. Sukarno menyebut nya ”seorang yang mahir dalam revolusi”. Tapi hi dupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.

Tan melukis revolusi Indonesia dengan bergelora. Sukarno pernah menulis testamen politik yang berisi wasiat penyerahan kekuasaan kepada empat nama―salah satunya Tan Malaka ―apabila Bung Karno dan Bung Hatta mati atau ditangkap. ”…jika saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan Malaka,” kata Sukarno. Tapi di masa pemerintahan Sukarno pula Tan dipenjara dua setengah tahun tanpa pengadilan.

Kisah Tan Malaka adalah satu dari empat cerita tentang pendiri republik: Sukarno, Hatta, Tan Malaka dan Sutan Sjahrir. Diangkat dari edisi khusus Majalah Berita Mingguan Tempo sepanjang 2001-2009, serial buku ini mereportase ulang kehidupan keempatnya. Mulai dari pergolakan pemikiran, petualangan, ketakutan hingga kisah cinta dan cerita kamar tidur mereka.

Buku ini berisi reportase Majalah Mingguan TEMPO mengenai Tan Malaka dari berbagai sisi, mulai pemikiran, petualangan ke berbagai negara, sampai asmara yang bertepuk-sebelah tangan.

Seri TEMPO Bapak Bangsa ini merupakan bagian seri-seri reportase TEMPO lain mengenai para pendiri Republik Indonesia

Download Gratis DISINI

MADILOG Tan Malaka (1943)

madilog

~ SEJARAH MADILOG ~

Ditulis di Rawajati dekat pabrik sepatu Kalibata Cililitan Jakarta. Disini saya berdiam dari 15 juli 1942 sampai dengan pertengahan tahun 1943, mempelajari keadaan kota dan kampung Indonesia yang lebih dari 20 tahun ditinggalkan. Waktu yang dipakai buat menulis Madilog, ialah lebih kurang 8 bulan dari 15 juli 1942 sampai dengan 30 maret 1943 (berhenti 15 hari), 720 jam, ialah kira-kira 3 jam sehari. Continue reading

SI Semarang dan Onderwijs Tan Malaka (1921)

Kekuasaan Kaum – Modal Berdiri atas didikan yang berdasar kemodalan. Kekuasaan Rakyat hanyalah bisa diperoleh dengan didikan kerakyatan.

~ Kata Pengantar Penerbit ~

Lagi sebuah buku kecil (brosur) Tan Malaka berjudul “SI Semarang dan Onderwijs”, yang ejaan lama telah kita sesuaikan dengan ejaan baru, dan juga telah kita tambah dengan daftar arti kata-kata asing hal 34-36.

Brosur ini diterbitkan di Semarang pada tahun 1921 oleh Serikat Islam School (Sekolah Serikat Islam). Karya pendek Tan Malaka ini sudah termasuk: “Barang Langka”. Brosur ini merupakan pengantar sebuah buku yang pada waktu itu akan ditulis oleh Tan Malaka tentang sistem pendidikan yang bersifat kerakyatan, dihadapkan pada sistem pendidikan yang diselenggarakan kaum penjajah Belanda. Bagaimana nasib niat Tan Malaka untuk menulis buku tentang pendidikan merakyat itu, kami sebagai penerbit kurang mengetahuinya. Mungkin Tan malaka tidak sempat lagi menulisnya karena tidak lama kemudian beliau dibuang oleh penjajah Belanda karena kegiatan perjuangannya dan sikapnya yang tegar anti kolonialisme, imperialisme dan kapitalisme. Terserah kepada penelitan sejarah Bangsa Indonesia nantinya untuk menelusuri perkara ini. Yang jelas tujuan Tan Malaka dalam pendidikan ialah menciptakan suatu cara pendidikan yang cocok dengan keperluan dan cita-cita Rakyat yang melarat ! Continue reading

Thesis Tan Malaka (10 Juni 1946)

~ Kata Pengantar ~

Seorang nakhoda yang berpengalaman cukup, yang mengemudikan kapal, yang kuat dan baru juga mesti menentukan keadaan pelayaran lebih dahulu sebelum bertolak dari pelabuhan.

Topan yang mengancam di waktu depan, bisa menyebabkan kapal itu menunda perjalanannya atau juga memukul kembali atau membelokkan pelayarannya ke kiri-kanannya, bahkan juga memukul kembali ataupun menenggelamkan kapal itu.

Syukurlah kalau nakhodanya berpengalaman lama serta mengetahui karang dan gerakan udara di lautan yang ditempuh, kini ataupun di hari depan.

Tetapi tiadalah dunia akan mendapat kemajuan seperti sekarang kalau semua nakhoda tidak mau berangkat sebelum keadaan udara laut dan cuaca sungguh diketahui lebih dahulu.

Colombus tidak akan sampai ke Amerika kalau ia bergantung pada pengetahuan yang sudah pasti, yang sudah diuji kebenarannya saja. Dia akan berbalik setengah pelayaran setelah menemui mara bahaya kalau ia cuma bergantung kepada teorinya ahli bumi Toscanelli saja. Semangat adventure, mencoba-coba sesuatu yang mengandung bahaya mautpun mesti dilakukan. Berbahagialah suatu negara dan masyarakatnya yang mempunyai semangat adventure itu. Continue reading

Koleksi e-book Tan Malaka

1.  AKSI MASSA – TAN MALAKA 1926

Download Bebas Disini

2. DARI Ir. SOEKARNO KE PRESIDEN SOEKARNO – TAN MALAKA 1948

Download Bebas Disini

3. GERPOLEK [ GERILYA-POLITIK-EKONOMI ] – TAN MALAKA 1948

Download Bebas Disini

4.  GETRENNT MARSCHIEREN VEREINT SCHLAGEN – TAN MALAKA 1948

Download Bebas Disini

5.  MADILOG – TAN MALAKA 1943

Download Bebas Disini

6.  SEMANGAT MUDA – TAN MALAKA

Download Bebas Disini

7.  MANIFESTO JAKARTA  – 1945

Download Bebas Disini

Selamat Ulang Tahun Pak Tan Malaka

Hari ini Tan Malaka, ulang tahun ke 115 tahun, ia lahir dalam jaman yang berderak dan penggulingan abad penjajahan tahun 1897. Tan Malaka adalah orang yang pertama kali menyebarluaskan kesadaran Nasionalisme dalam bentuk paling radikal, modern dan sistematis, ia tuang itu ke dalam buku-nya yang dipegang banyak anak muda penggerak sejarah seperti Muhammad Yamin, Sukarno atau Soegondo Djojopuspito buku itu adalah Naar de Republiek Indonesia –Menuju Republik Indonesia-.

Tan Malaka muda bersekolah di sekolah guru (Kweekschool), Bukittinggi. Ia adalah anak paling cerdas, ia cepat sekali menghapal, jenius dalam soal bahasa. Untuk bahasa Belanda-nya sendiri ia mendapatkan nilai tertinggi, ia juga pembaca buku yang rakus, kegemaran Tan Malaka sejak kecil adalah berenang di kali setelah berenang ia sering merenung di atas batu kali besar, ia merenung tentang bagaimana air kali bergerak, pikirannya terserap dalam logika-logika paling dasar tentang keadaan. Memang Tan Malaka sering berpikir bagaimana kerja alam, sesuatu yang ia pahami kelak dalam buah tulisnya “Materialisme, Dialektika dan Logika” atau Madilog, sebuah ilmu alamiah dasar tentang rasionalisme, empirisme dalam melihat alam materi, tanpa tahayul, tanpa mitos.

Kecerdasan Tan Malaka membuat guru-gurunya mensponsori pembiayaan kepergian Tan Malaka ke Haarlem Belanda dan dipinjami dana dari ‘Engku Fonds’ untuk bersekolah ke Rijks Kweekschool, di Belanda dengan situasi prihatin Tan Malaka menjalani pendidikan yang berat. Tahun 1919, ia kembali ke Indonesia, ia bekerja di Perkebunan Deli. Saat itu perkebunan Deli, salah satu maskapai perkebunan menggunakan sebuah desa, dijadikan semacam desa ‘potemkin’ untuk memamerkan bahwa pengusaha perkebunan bisa berbuat baik kepada kaum pribumi. Continue reading

Koleksi E-Book Marxists Indonesia

Sejarah Marxisme di Indonesia

(Kumpulan Artikel di masa ORBA yang dilarang keras Beredar)

Ebook Lengkap  Bisa anda Download Di Bawah ini

Aksi Massa – Tan_Malaka

Aliarcham – Sedikit riwayat perjuangan

Apa Partai Komunis Itu

Dari Ir.Soekarno sampai ke Presiden Soekarno – Tan Malaka 1948

GERPOLEK (Gerilya – Politik – Ekonomi) – Tan Malaka 1948

Getrennt Marschieren Vereint Schlagen – Tan Malaka 1948

Hikayat Kadiroen – Semaoen Continue reading

Tan Malaka

Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 – meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 21 Februari 1949 pada umur 51 tahun)[1] adalah Bapak Republik Indonesia,[2] seorang aktivis pejuang kemerdekaan Indonesia, seorang pemimpin sosialis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal, dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris.

Dia kukuh mengkritik terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan sosialis, ia juga sering terlibat konflik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan sosialis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai pahlawan nasional melalui Ketetapan Presiden RI No. 53 tanggal 23 Maret 1963.[3]

Tan Malaka juga seorang pendiri partai PARI dan Murba, berasal dari Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat.

Tokoh ini diduga kuat sebagai orang di belakang peristiwa penculikan Sutan Sjahrir bulan Juni 1946 oleh sekelompok orang tak dikenal di Surakarta sebagai akibat perbedaan pandangan perjuangan dalam menghadapi Belanda.[4]

Riwayat

  • Tahun 1897, Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatera Barat. Dia lahir di tengah-tengah lingkungan Minangkabau, dari pasangan Rasad Caniago dan Sinah Simabur.
  • Saat berumur 16 tahun, 1913, setelah tamat Kweekschool Bukit Tinggi, atas bantuan gurunya dengan pinjaman biaya dari Engkufonds, meneruskan pelajarannya ke Rijks Kweekschool di Haarlem, Belanda.
  • Tahun 1919 ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai guru disebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan sosial yang dilihatnya di lingkungan perkebunan, antara kaum buruh dan tuan tanah menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda.
  • Tahun 1921, ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politik
  • Saat kongres PKI2425 Desember1921, Tan Malaka di undang dalam acara tersebut.
  • Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang.
  • Pada Maret 1922 Tan Malaka diusir dari Indonesia dan mengembara ke Berlin, Moskwa dan Belanda.
  • Mewakili Indonesia dalam Kongres Komunis Internasional (Komintern) IV, kemudian diangkat sebagai Wakil Komintern di Asia dan berkedudukan di Kanton.
  • Tahun 1924, diangkat sebagai Ketua Biro Buruh Lalu Lintas dalam sebuah Konferensi Pan-Fasifik yang diselenggarakan oleh utusan-utusan Komintern dan Provintern.
  • Tahun 1925, masuk Filipina dengan nama Elias Fuentes dan berhasil menghubungi salah seorang sahabat Semaun di sana, selanjutnya mendorong didirikannya Partai Komunis Filipina.
  • Tahun 1926, masuk Singapura dengan nama Hasan Gozali, bertemu dengan Subakat, Sugono dan Djamaluddin Tamim yang berhasil meloloskan diri dari Indonesia.
  • Tahun 1927, bersama Subakat, Sugono, dan Djamaluddin Tamim mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia).
  • Tahun 1932, berhasil masuk Hongkong dengan nama Ong Soong Lee, kemudian tertangkap oleh Polisi Rahasia Inggris. Setelah lebih kurang 2 ½ bulan ditahan dalam penjara Hongkong, Tan Malaka mendapat keputusan dikeluarkan ke Shanghai.
  • Tahun 1936, mendirikan dan mengajar pada School for Foreign Languages di Amoy, Cina.
  • Tahun 1937, Tan Malaka masuk Burma kemudian ke Singapura, bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Tinggi Singapura.
  • Tahun 1942, Tan Malaka masuk Penang menuju Medan, Padang, dan akhirnya tiba di Jakarta.
  • Tahun 1943, menulis buku dan menyusun kekuatan bawah tanah (ilegal), dengan menjadi buruh (romusha) pada tambang batu bara di Bayah (Banten) dengan nama Husein.
  • Tahun 1945, mendorong para pemuda yang bekerja di bawah tanah pada masa pendudukan Jepang (Sukarni, Chairul Saleh, Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Maruto, dan lain-lain) untuk mencetuskan revolusi yang kemudian terjadi dengan Proklamasi Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
  • Tahun 1946, menjadi promotor Persatuan Perjuangan yang mengikatkan persatuan antara sejumlah 141 organisasi terdiri dari pimpinan partai, serikat-serikat buruh, pemuda, wanita, tentara, dan laskar.
  • Tahun 1947, menentang politik Perundingan Linggarjati.
  • Tahun 1948, menentang politik Perundingan Renville. Mendirikan Partai Murba dan Gerilya Pembela Proklamasi.
  • 19 Februari 1949, Tan Malaka mati terbunuh di Kediri, Jawa Timur.

source : wikipedia

Karya-karya Tan Malaka

Bisa Dilihat Disini